Senin, 06 Oktober 2014

Cerita dua gelas kopi

Amarah dan Kekesalan yang kini melanda ku, Kecewa yang selalu membayangi, beribu maaf yang entah berapa kali terlontar dari bibir. “Maafkan aku, ku akui aku memang salah. Maafkan aku jika semua itu membuatmu cemburu dan kecewa, Maafkan Aku…” ucapan maaf dan pengakuan Aku tak meredamkan kekalutan dan kebimbangan atas diri yang kini telah kecewa dan terbakar cemburu atas perbuatan ku “Aku tidak menyangka kamu segitu genitnya dengan wanita lain dan tak habis pikir dengan pemikiranmu, kau anggap aku apa?” membalas dengan nada keras dan sedikit pekikkan yang membuat dia nyaris terdesak “..ku kira kau tak akan bermain percikkan api, kini aku mulai meraguimu, tak lagi kupercayaimu sepenuhnya. Aku kecewa padamu”
Aku sangat menyesali perbuatannya, memarahi dirinya sendiri, kecewa akan perbuatan yang telah dilakuinya, dan membuatnya begitu sedih, dia gagal mempertahankan kepercayaan kepadanya. Malam itu serasa petir menyambarnya dengan hembusan angin yang membuatnya beku, dengan kenyataan yang tak pernah ia bayangkan, dia memutuskan hubungan dengannya. Aku tak bisa berbicara, mulutnya terkunci rapat, hatinya berkecamuk, perih sekali rasanya, mendengar kata PUTUS ia berharap telinganya mendadak tuli agar tak pernah didengarnya lagi kata itu. Semalaman aku tak bisa tidur, pikirannya selalu membayangi saat terakhir ia bertemu, penyesalan yang membuat dia menjadi cengeng, menangis tersendu-sendu meratapi nasib cintanya yang kini telah kandas.
Sehari sebelum aku mengakhiri Cintanya dengannya, dia hanya ingin sekedar melihat dan mengecek akun Facebook milik ku, Email dan password telah ia dapatkan sejak lama, jadi tak susah untuk membuka akun Facebook milik ku dengan diam-diam alias tanpa sepengetahuan ku. Saat membuka inbox akun fb dia terkejut dan tak percaya dengan apa yang ia lihat, rupanya selama seminggu aku tak mengabari nya, dia tak merasa cemas ataupun mencarinya karena ia melihat begitu banyak pesan yang masuk dan itu semua adalah wanita dengan kata-kata rayuan manis yang menjijikan dan nomor ponsel berikut dengan pin BB serta data pribadi maupun alamat rumah wanita-wanita itu. Livia terbelalak, matanya seakan melebar dengan rahang yang ternganga, mulutnya membentuk lingkaran kecil lalu mengeluarkan suara “OH.. MY GOD!! I CAN’T BELIEVE IT” kecemburuan mengalir ke paru-parunya yang membuat dia sesak dan merobek-robek hatinya.
Aku berusaha memperbaiki hubungannya dengan nya, namun dia masih terbakar cemburu dan amarah. Berkali-kali aku menelepon nya dan sms dengan kata-kata yang panjang sampai tak tahu berapa banyak jumlahnya. Dia tak meresponnya malah ponselnya kini dinonaktifkan. Dengan lantang aku berkata “Apa yang harus aku perbuat? aku sangat mencintai nya, seandainya dia beri aku kesempatan, aku janji gak akan mengulanginya lagi dan gak akan mengecewakannya lagi. Dua tahun dia menemani ku, suka duka kita bersama. aku gak rela kalau hubungan aku sama dia putus gitu aja Cuma gara-gara Facebook” tinju menghantam jam weker yang tersenyum di atas meja samping tempat tidurnya, menjadi terbelah-belah dan hancur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar