Amarah
dan Kekesalan yang kini melanda ku, Kecewa yang selalu membayangi, beribu maaf
yang entah berapa kali terlontar dari bibir. “Maafkan aku, ku akui aku memang
salah. Maafkan aku jika semua itu membuatmu cemburu dan kecewa, Maafkan Aku…”
ucapan maaf dan pengakuan Aku tak meredamkan kekalutan dan kebimbangan atas
diri yang kini telah kecewa dan terbakar cemburu atas perbuatan ku “Aku tidak
menyangka kamu segitu genitnya dengan wanita lain dan tak habis pikir dengan
pemikiranmu, kau anggap aku apa?” membalas dengan nada keras dan sedikit
pekikkan yang membuat dia nyaris terdesak “..ku kira kau tak akan bermain
percikkan api, kini aku mulai meraguimu, tak lagi kupercayaimu sepenuhnya. Aku
kecewa padamu”
Aku
sangat menyesali perbuatannya, memarahi dirinya sendiri, kecewa akan perbuatan
yang telah dilakuinya, dan membuatnya begitu sedih, dia gagal mempertahankan
kepercayaan kepadanya. Malam itu serasa petir menyambarnya dengan hembusan
angin yang membuatnya beku, dengan kenyataan yang tak pernah ia bayangkan, dia
memutuskan hubungan dengannya. Aku tak bisa berbicara, mulutnya terkunci rapat,
hatinya berkecamuk, perih sekali rasanya, mendengar kata PUTUS ia berharap
telinganya mendadak tuli agar tak pernah didengarnya lagi kata itu. Semalaman
aku tak bisa tidur, pikirannya selalu membayangi saat terakhir ia bertemu,
penyesalan yang membuat dia menjadi cengeng, menangis tersendu-sendu meratapi
nasib cintanya yang kini telah kandas.
Sehari
sebelum aku mengakhiri Cintanya dengannya, dia hanya ingin sekedar melihat dan
mengecek akun Facebook milik ku, Email dan password telah ia dapatkan sejak
lama, jadi tak susah untuk membuka akun Facebook milik ku dengan diam-diam
alias tanpa sepengetahuan ku. Saat membuka inbox akun fb dia terkejut dan tak
percaya dengan apa yang ia lihat, rupanya selama seminggu aku tak mengabari
nya, dia tak merasa cemas ataupun mencarinya karena ia melihat begitu banyak
pesan yang masuk dan itu semua adalah wanita dengan kata-kata rayuan manis yang
menjijikan dan nomor ponsel berikut dengan pin BB serta data pribadi maupun
alamat rumah wanita-wanita itu. Livia terbelalak, matanya seakan melebar dengan
rahang yang ternganga, mulutnya membentuk lingkaran kecil lalu mengeluarkan
suara “OH.. MY GOD!! I CAN’T BELIEVE IT” kecemburuan mengalir ke paru-parunya
yang membuat dia sesak dan merobek-robek hatinya.
Aku
berusaha memperbaiki hubungannya dengan nya, namun dia masih terbakar cemburu
dan amarah. Berkali-kali aku menelepon nya dan sms dengan kata-kata yang
panjang sampai tak tahu berapa banyak jumlahnya. Dia tak meresponnya malah
ponselnya kini dinonaktifkan. Dengan lantang aku berkata “Apa yang harus aku
perbuat? aku sangat mencintai nya, seandainya dia beri aku kesempatan, aku
janji gak akan mengulanginya lagi dan gak akan mengecewakannya lagi. Dua tahun
dia menemani ku, suka duka kita bersama. aku gak rela kalau hubungan aku sama
dia putus gitu aja Cuma gara-gara Facebook” tinju menghantam jam weker yang
tersenyum di atas meja samping tempat tidurnya, menjadi terbelah-belah dan
hancur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar