A. ORIENTASI KESEHATAN
MENTAL
Saparinah Sadli mengemukakan tiga macam
orientasi besar dalam kesehatan mental yaitu orientasi klasik, orientasi
penyesuaian diri dan orientasi pengembangan potensi.
1.
B. KONSEP SEHAT
Konsep sehat adalah manusia atau mahluk hidup yang di lahirkan dengan
tubuh normal sempurna, sehat secara fisik, sehat secara mental dan sehat secara
rohaninya. Manusia yang sehat mental adalah manusia yang mampu menguasai segala
factor dalam hidupnya sehingga ia dapat menguasai kekalutan mental sebagai
akibat dari tekanan-tekanan perasaan
Pribadi normal dengan mental yang sehat akan bertingkah laku adekuat dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Pribadi normal dengan mental yang sehat selalu memperlihatkan reaksi-reaksi personal yang tepat terhadap stimulasi eksternal (manusia makhluk sosial)
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah orang yang sehat, dan sebagainya. Faktor subyektifitas dan cultural dapat juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization
(WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan
baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari
penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu
dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik,
mental, maupun sosial.
Normalitas dan kesehatan mental
ditandai dengan :
1. Integrasi
kejiwaan
2. Kesesuaian
antara tingkah laku sendiri dengan tingkah laku sosial.
3. Adanya
kesanggupan melaksanakan tugas-tugas hidup dan tanggung jawab sosial.
4. Efesiensi
dalam menanggapi realitas hidup
Ada beberapa Dimensi
sehat dalam konsep sehat pada kesehatan mental, yaitu :
1. Fisik
Mengarah pada sehat secara fisik atau jasmani. Tubuh yang tidak ada
kekurangannya sama sekali atau tidak cacat.
2. Emosi
•Orang yang mampu membuat dan mengambil keputusannya dengan bijak.
•Mandiri belajar untuk melakukan segala sesuatu sendiri tanpa mengharapkan
bantuan dari orang lain.
•Mampu mengontrol emosinya sendiri dan bersifat dewasa
•Disiplin
3. Sosial
•Menjalani hidup dengan bersosialisasi
•Saling menghormati orang lain, mengasihi satu sama yang lain
•Mempunyai hati tenggang rasa sesama manusia
•Menghargai perbedaan baik agama, adat istiadat, bangsa dan Negara.
4. Spiritual
Sehat secara rohani. Sehat secara rohani adalah yang mempunyai fikiran yang
sehat, jernih dan baik. Bukan yang memikirkan hal-hal yang tidak layak untuk di
fikirkan dan di contoh. Jadi hati yang baik akan memancarkan jiwa yang sehat.
5. Intelektual
Yang terdiri dari:
•Denial
•Projection
•Fantasi
•Kompensasi dan
•Pengetahuan
Mengarah pada sehat secara fisik atau jasmani. Tubuh yang tidak ada
kekurangannya sama sekali atau tidak cacat.
2. Emosi
•Orang yang mampu membuat dan mengambil keputusannya dengan bijak.
•Mandiri belajar untuk melakukan segala sesuatu sendiri tanpa mengharapkan
bantuan dari orang lain.
•Mampu mengontrol emosinya sendiri dan bersifat dewasa
•Disiplin
3. Sosial
•Menjalani hidup dengan bersosialisasi
•Saling menghormati orang lain, mengasihi satu sama yang lain
•Mempunyai hati tenggang rasa sesama manusia
•Menghargai perbedaan baik agama, adat istiadat, bangsa dan Negara.
4. Spiritual
Sehat secara rohani. Sehat secara rohani adalah yang mempunyai fikiran yang
sehat, jernih dan baik. Bukan yang memikirkan hal-hal yang tidak layak untuk di
fikirkan dan di contoh. Jadi hati yang baik akan memancarkan jiwa yang sehat.
5. Intelektual
Yang terdiri dari:
•Denial
•Projection
•Fantasi
•Kompensasi dan
•Pengetahuan
C. SEJARAH
PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
1. Zaman
Prasejarah
Manusia purba sering
mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll.
2. Zaman
peradaban awal
* Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit
mental)
* Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit
mental)
* Plato (gangguan mental sebagian gangguan
moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)
3. Zaman
Renaissesus
Pada zaman ini di
beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai
menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
4. Era Pra
Ilmiah
* Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu
gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap
faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau
dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental,
karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari
kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan
kurban.
* Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang
berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates
(460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit.
Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak
yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau
hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis,
Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru
untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah
Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok
dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih,
dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit.
Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan
kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
5. Era
Modern
Perubahan luar biasa
dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya
psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin
Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di
rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang
gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang
penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien
dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu
usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan
mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan,
Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi)
untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909,
gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan
mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943)
bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental
Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang
pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum,
gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli
1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National
Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk
meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Bebarapa tujuan yang
terkandung dalam dokumen tersebut meliputi :
* Meningkatkan
kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian,
investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan
pengobatan.
* Membantu lembaga-lembaga
pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan
koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan
hasil-hasil penelitiannya.
* Memberikan
latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
* Mengembangkan dan membantu
negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950,
organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan
berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene
ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari
seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini
dikembangkan melalui The World Federation forMental
Health dan The World Health Organization.
D. PENDEKATAN
KESEHATAN MENTAL
Orientasi Klasik
Orientasi klasik menurutnya adalah “seseorang dianggap sehat apabila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta menggangu efisiensi kegiatan sehari-hari”. Dalam definisi ini, orientasi klasik mengemukakan orang yang sehat berarti orang yang tidak mempunyai berbagai keluhan yang berakibat sakit untuk dirinya di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti tidak cepat merasa lelah, cemas, tidak percaya diri, cepat putus asa, perasaan tidak berguna dan lain sebagainya. Biasanya ranah cakupan orientasi klasik ini banyak berkembang didunia kedokteran.
2. Orientasi Penyesuaian diri
Orientasi penyesuaian diri menurutnya adalah “seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangakan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya”. Definisi diatas berarti, orang dikatakan sehat apabila ia mampu bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
3.
Orientasi Pengembangan Potensi
Orientasi pengembangan potensi menurutnya adalah “seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri”. Definisi diatas berarti orang dikatakan sehat apabila ia berhasil mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat dan kreativitas yang ia miliki sehingga ia bisa dihargai oleh masyarakat.
Daftar Pustaka
Schultz, Duane. (1991).Psikologi Pertumbuhan.Yogyakarta : Kanisius
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (2010). Teori
Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta : Salemba Humanika.
Rochman, Kholil Lur.(2010).Kesehatan Mental.Yogyakarta
: Fajar Media Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar