A. IPTEK DAN PERADABAN MANUSIA
Sains dan Teknologi adalah institusi manusiawi; artinya
Sains dan Teknologi adalah karya yang dilahirkan manusia. Maka tanpa adanya
manusia kedua karya tersebut juga tidak akan ada. Namun ada beda fundamental
antara kedua institusi tersebut. Perbedaannya terletak pada sumbernya.
Sains sebagai “body of knowledge” yang kita ketahui saat ini
adalah hasil abstraksi manusia dari sumber alami melalui berbagai fenomena yang
diamatinya. Kemudian fenomena tersebut direpresentasikan kedalam berbagai model
yang membentuk suatu paradigma. Maka kebenaran sains adalah bila dan hanya bila
suatu fenomena alami dapat cocok (fit) pada model-model dari suatu paradigma
yang berlaku. Bila model dalam suatu paradigma yang dianut tidak lagi dapat
merepresentasikan suatu fenomena alami tertentu, maka fenomena tersebut
merupakan suatu anomali. Namun anomali tidak dapat terjadi berulang kali. Bila
hal demikian ditemui maka paradigma tersebutpun mengalami krisis dan gugur
sebagai paradigma yang absah untuk kemudian digantikan oleh model baru yang
membentuk paradigma baru pula (Kuhn, 1996). Fenomena alami dan kebenaran yang
ada dibaliknya sebenarnya telah beroperasi sejak jauh sebelum manusia ada,
misalnya gaya gravitasi dan elektromagnetik, adanya elektron dan neutron
didalam atom, proses radioactive decay dan lain sebagainya merupakan
kebenaran alami yang telah beroperasi sejak awal sejarah jagad raya ini, jauh
sebelum manusia menghuni planet Bumi. Oleh karena itu berbagai kebenaran alami
yang terhimpun dalam sains merupakan temuan (discovery) manusia. Namun tanpa
manusiapun kebenaran alami tetap beroperasi sebagai sumber dari sains.
Berbeda dari sains, teknologi sepenuhnya bersumber pada
manusia itu sendiri. Teknologi diciptakan manusia sebagai instrumen dalam usaha
memenuhi kebutuhannya.Teknologi merupakan suatu fenomena sosial. Oleh karena
itu tanpa manusia, tanpa masyarakat, teknologipun tiada.
Teknologi diciptakan manusia melalui penerapan (exercise)
budidaya akalnya. Manusia harus mendayakan akal pikirannya dalam me-reka
teknologi berdasarkan ratio (nalar) dan kemudian membuatnya, me-yasanya,
menjadi suatu produk yang kongkrit. Jadi perlu penerapan rekayasa dalam
menciptakan teknologi, dan sebaliknya teknologi kemudian akan membantu manusia
dalam merekayasa. Inter-relasi dan interaksi antara rekayasa dan teknologi
sering sulit dipahami karena seakan terjadi secara obvious atau
terjadi sepenuhnya dilatar belakang sehingga luput dari pengamatan. Maka untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari peran rekayasa dalam penciptaan
teknologi dan sebaliknya, perlu digresi sebentar sampai pada saat asal mula
terbentuknya masyarakat manusia.
Sains itu sendiri secara umum didefinisikan sebagai
pengetahuan (knowledge) yang didapatkan dengan cara sistematis
tentang struktur dan perilaku dari segala fenomena yang ada di jagad raya dan
isinya, baik fenomena alam maupun sosial. Sementara itu, teknologi merupakan
aplikasi dari sains sebagai respons atas tuntutan manusia akan kehidupan yang
lebih baik.
Teknik secara umum diartikan sebagai alat perlengkapan dan
metode membuat sesuatu. Teknologi adalah suatu cara untuk teknik memproduksi
atau memproses membuat sesuatu yang lebih mengembangkan ketrampilan manusia.
Ada beberapa fase proses teknik yang dialami dalam kehidupan
manusia yakni :
a. Fase teknik destruktif. Pada fase ini, untuk memecahkan
segala permasalahan dan kebutuhannya, manusia langsung mengambil dari alam,
tidak ada usaha untuk mengembalikannya ke alam.
b. Fase teknik konstruktif. Masyarakat pada fase ini telah
mampu melakukan penciptaan sehingga menghasilkan kebudayaan baru yang
sebelumnya tidak ada di alam. Dengan penciptaan baru ini, sedikit demi sedikit
manusia telah menciptakan lingkungan baru yang selalu bermodalkan alam sekitar
sehinggamerupakan “ the second nature “ atau alam kedua.
c. Fase modern. Fase ini merupakan puncak perkembangan
teknik yang telah dicapai anusia. Teknik modern ini bertitik tolak dari analisa
matematis alam, sehingga manusia mampu membangun suatu peradaban baru yaitu
peradaban mesin. Cirri peradaban mesin diantaranya adalah kesatuan bahasa
internasional sebagai pengantar dan diciptakannya bahasa symbol yang satu ,
seragam, dan internasional yaitu bahasa “ matematika “.
Tingkatan teknologi berdasarkan penerapannya dapat dibagi
sebagai berikut :
Teknologi
Tinggi ( Hi – tech ). Suatu jenis teknologi mutakhir yang dikembangkan dari
hasil penerapan ilmu pengetahuan terbaru. Contoh : computer, laser,
bioteknologi, satelit komunikasi dan sebagainya. Cirri – cirri teknologi ini
adalah padat modal, didukung rasilitas riset dan pengembangannya, biaya
perawatan tinggi, ketrampilan operatornya tinggi dan masyarakat penggunanya
ilmiah.
Teknologi
Madya. Suatu jenis teknologi yang dapat dikembangkan dan didukung masyarakat
yang lebih sederahan dan dapat digunakan dengan biaya dan kegunaan yang paling
menguntungkan. Ciri teknologi madya adalah tidak memerlukan modal yang terlalu
besar dan tidak memerlukan pengetahuan baru, karena telah bersifat rutin.
Penerapan teknologi maday ini bersifat setengah padat modal da padat karya,
unsur – unsur yang mendukung industrinya biasanya dapat diperoleh di dalam
negeri dan keterampilan pekerjanya tidak terlalu tinggi.
Teknologi
Tepat Guna. Teknologi ini dicirikan dengan skala modal kecil, peralatan yang
digunakan sederhana dan pelaksanaannya bersifat padat karya. Biasanya dilakukan
di negara – negara berkembang, karena dapat membantu perekonomian pedesaan,
mengurangi urbanisasi dan menciptakan tradisi teknologi dari tingkat paling
sederhana.
Dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama di bidang teknologi informasi dan teknologi transportasi yang dicapai
manusia pada unjung pertengahan kedua abad ke XX, memungkinkan arus informasi
menjadi serba cepat: apa dan oleh siapa dari seluruh muka bumi (bahkan sebagian
jagat raya) - menembus ke seluruh lapisan masyarakat dengan bebas tanpa
membedakan siapa dia si penerima. Tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara,
ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar
pikiran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaruh perkembangan IPTEK
terhadap beberapa pola kemasyarakatan.
· Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap pola
kemasyarakatan alienasi
Alienasi (keterasingan manusia) adalah suatu kondisi
psikologis seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran semu (tentang misteri
keabadian termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya sendiri sebagai individu
serta komunitas.
Perkembangan IPTEK yang semakin pesat dan cenderung meniru
budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya. Orang merasa asing
dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan
kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya.
Kemajuan-kemajuan memungkinkan banyaknya pilihan (multiple
options) dan membuka kesempatan tumbuhnya materialisme dan rasionalisme dengan
luar biasa. Tuntutan hidup begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai tidak
terkendali, gaya hidup menjadi konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang
menjadi begitu sibuk untuk mempertahankan hidup menyuburkan sosok
individualistik. Kaya dan sukses dari segi materi jadi satu-satunya tujuan
hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga penghargaan manusia terhadap waktu
mencapai titik tertinggi dibandingkan masa sebelumnya. Yang tersisa hanya wajah
kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya masa depan ialah manusia menjadi robot
karena terjadi alienasi diri.
Perkembangan teknologi yang melanda hidup manusia harus
dikuasai pemanfaatannya. Jangan sampai perkembangan media menjadikan manusia
sebagai objek, menyeret dan memaksanya pada model kehidupan yang menyimpang.
· Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap pola
kemasyarakatan heteronomi
Heteronomi adalah prinsip pembiaran sesuatu selain hukum
moral untuk menentukan apa yang mesti dilakukan. Ini mengganti kebebasan dengan
sesuatu di luar akal praktis, semisal kesukaan. Tindakan ini sendiri nonmoral
(bukan bermoral ataupun immoral) namun bisa immoral jika itu membuat orang
tidak melakukan kewajibannya. Contoh heteronomi : Anak merasa bahwa yang benar
adalah patuh pada peraturan dan harus menaati kekuasaan.
Dalam masyarakat dengan teknologi maju cukup banyak contoh
yang menunjukkan betapa heteronomi bisa mengakibatkan munculnya berbagai
perwujudan perilaku menyimpang, bahkan bersifat ekstrem yang bisa berakibat
pertentangan antar-lapisan dan antar-golongan dalam masyarakat. Beberapa
perilaku menyimpang itu bisa berwujud pelarian untuk menghindar dari pengaruh
budaya baru, mungkin berupa pencemoohan sambil memperkenalkan sumber nilai lain
sebagai alternatif (misalnya mistik, metafisik).
Kemajuan teknologi yang serba praktis serta budaya asing
yang berpengaruh dominan terhadap satuan budaya asli bisa membangkitkan kesan
sebagai ‘model’ untuk ditiru. Kecenderungan meniru itu dalam kelanjutannya bisa
terpantul melalui berkembangnya gayahidup (ljfestyle) yang dianggap
superior dibandingkan dengan gaya hidup lama. Berkembangnya gaya hidup baru itu
dapat menimbulkan kondisi sosial yang ditandai oleh heteronomi, yaitu
berlakunya herbagai norma acuan penilaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan gayahidup yang ditiru dan budaya asing bisa berkelanjutan dengan
timbulnya gejala keterasingan dan kebudayaan sendiri (cultural
alienation).
· Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap pola
kemasyarakatan hegemoni
Hegemoni adalah dominasi oleh suatu kelompok terhadap
kelompok lainnya dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang
didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima
sebagai sesuatu yang wajar ataucommon sense. Jika dilihat sebagai
strategi, maka konsep hegemoni bukanlah strategi eksklusif milik penguasa.
Sebagai contoh, adalah kekuasaan dollar Amerika terhadap ekonomi global.
Kebanyakan transaksi internasional dilakukan dengan dollar Amerika.
Hegemoni juga terjadi di dunia satra Indonesia dimana media
massa seperti koran sangat membatasi dan hanya memuat karya-karya ataupun
tulisan dari pengirim yang dianggap ‘layak’ dimuat dan sesuai dengan panduan
kesusastraan Indonesia. Salah satu manfaat teknologi adalah kelahiran sastrawan
cyber Indonesia tentu saja tak dapat dilepaskan dari kemunculan internet dalam
dunia komunikasi. Revolusi komunikasi yang dilakukan teknologi Internet telah
menciptakan ruang-ruang alternatif baru di luar dunia media massa cetak yang
ada. Revolusi ini sendiri sangat demokratis sifatnya, siapa saja dapat
menggunakannya. Ruang-ruang alternatif baru yang tercipta karena Internet telah
memungkinkan para penggunanya tidak berhenti hanya jadi pemakai yang pasif,
seperti ketika seorang pembaca membaca koran, tapi sekaligus jadi pencipta
“message’ pada ruang-ruang tersebut.
· Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap pola
kemasyarakatan hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa
kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut
paham ini, bersenang-senang, pesta pora dan rekreasi merupakan tujuan utama
hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Mereka beranggapan
hidup ini hanya satu kali sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup
senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani
dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Pandangan
mereka terangkum dalam pandangan epikuris yang menyatakan “Bergembiralah engkau
hari ini, puaskanlah nafsumu karena besok engkau akan mati “
Globalisasi yang didorong oleh kemajuan di bidang iptek,
telah memberi pengaruh amat besar pada setiap sendi-sendi kehidupan umat
manusia di penjuru jagat raya. Sebuah lompatan perubahan zaman yang tak bisa
dihentikan. Ia menerjang laksana gelombang pasang dan menarik siapa saja ke
dalam pusarannya.
Persoalannya, akankah ini membawa umat manusia kepada sebuah
peradaban baru, atau malah sebaliknya mendorong pada titik nadir peradaban.
Perlahan namun pasti, perubahan radikal tatanan budaya lokal, maupun tata nilai
sosial yang dianut tengah terjadi.
Dan salah satu sisi gelap gelombang perubahan zaman adalah
sikap dan perilaku manusia yang semakin mendewakan materi dan terperangkap
dalam pusaran kehidupan bendawi. Inilah yang disebut budaya hedonisme di mana
kesenangan dan kenikmatan materi menjadi tujuan utama.
Dalam masalah pemanfaatan iptek, Barat sangat
pragmatis-materialistis, artinya hanya mencari keuntungan materi dan kesenangan
duniawi semata. Bacon berpendapat bahwa iptek harus digunakan untuk memperkuat
kemampuan manusia di bumi, iptek hanya berarti bila nampak dalam kekuasaan
manusia: iptek manusia adalah kekuasaan manusia. Pendekatan pragmatis
materialis ini telah menyebabkan iptek dikembangkan untuk memenuhi
kesenangan-kesenangan materi (hedonis-materialistis) dan mengorbankan alam
semesta. Menjamurnya produk-produk mainan (game) yang melampaui kebutuhan
merupakan bukti pemenuhan hedonisme tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar