Jumat, 22 Mei 2015

Self Directed Changes

Self-directed changes adalah sebuah teori yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri kearah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung.
Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorngan untuk mengubah diri.

Self Directed Change meliliki beberapa tahapan, diantaranya: 
a.       Meningkatkan Kontrol Diri.
Meningkatkan control diri yaitu, Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya (Harlock). Ketika seseorang ingin merubah kebiasaannya terhadap perbedaan yang besar.
Contohnya: misalnya seorang perokok berat yang ingin lepas dari kebiasaannya merokok.

b.      Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan adalah mengubah hal yang buruk menjadi lebih baik lagi. Kita harus menetapkan target unutk mempunyai hidup yang lebih baik lagi.
Contoh: kita harus menahan keinginan kita untuk merokok mungkin kita bisa mengganti rokok dengan permen-permen pengganti rokok, dan sebagainya.

c.       Pencatatan Perilaku
Pencatatan perilaku maksudnya adalah kita mencatat hal apa saja yang bisa di rubah dari kebiasaan kita.
Contoh: misalnya jika kita mempunyai kebiasaan merokok, catat hal-hal apa saja yang mungkin mengganggu kita untuk tidak merokok. Misalnya dengan menhindari teman yang sedang merokok. Mungkin akan membantu kita untuk mempermudah godaan-godaan yang datang.

d.      Menyaring Anteseden Perilaku
Menyaring anteseden perilaku adalah menuliskan kebiasaan-kebiasaan yang ingin kita perbaiki.
Contoh: selain merokok, misalnya kita sering meminum minuman keras. Lalu kita tuliskan kebiasan tersebut untuk di ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan berpikir sebenarnya selama ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk kesehatan kita!

e.      Menyusun Konsekuensi Yang Efektif
Jika kita sudah berhasil mengontrol kondisi yang memicu kebiasaan kita, kita perlu meningkatkan meningkatkan pengendalian diri, mengatur konsekuensi dari perilaku kita sehingga orang lain dapat menerimanya.

f.        Menerapkan Pencana Intervenesi
Membandingkan seberapa berhasil kita mencapai tujuan-tujuan yang kita kehendaki. Misalnya, menghitung berapa batang atau bungkus rokok yang di hisap dari sebelum kita menerapkan tahapan-tahapan ini sampai sudah menerapkan tahapan ini.

g.       Evaluasi
Evaluasi adalah, melihat berapa besar kemajuan yang sudah kita lakukan untuk perubahan yang lebih baik. Pastikan setiap tahapan terpenuhi. Jika memang ada tahapan yang belum bisa terpenuhi lebih baik kita mengulang tahapan-tahapan tersebut agar tujuan dapat tercapai dengan baik.

Referensi: 
Gibbons Murice (2002) The Self-Directed Learning Handbook



















Minggu, 17 Mei 2015

Pekerjaan dan Waktu Luang (2)

 Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan
• Definisi
Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya
Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya à permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis.
Ali dan Asrori (2005) penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.
Scheneiders menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. 
• Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal.
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat.
• Karakteristik Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri secara positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
- Tidak menunjukan adanya ketagangan emosional
- Tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
- Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
- Mampu dalam belajar
- Menghargai pengalaman
- Bersikap realistik dan objektif.
- Penyesuaian Diri Secara Positif
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain :
• Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
• Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi
• Penyesuian dengan trial and error atau coba-coba
• Penyesuian dengan substitusi
• Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan pribadi
• Penyesuaian dengan belajar
• Penyesuaian dengan inhibisi dan kontrol diri
• Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
Penyesuaian Diri yang Salah
Bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu :
a. Reaksi Bertahan
• Rasionalisme, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.
• Repressi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tak sadar.
• Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain.
b. Reaksi Menyerang
• Selalu membenarkan diri sendiri
• Mau berkuasa dalam setiap situasi
• Mau memiliki
c. Reaksi Melarikan diri : minuman keras, obat-obatan, bunuh diri, tidur, berfantasi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
• Kondisi-kondisi fisik (keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf kelenjar, sistem otot, kesehatan, penyakit dan sebagainya).
• Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional.
• Penentu psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajar, pengkondisian, penentuan diri (self – determination), frustasi dan konflik.
• Kondisi lingkungan khususnya kelurga dan sekolah.
• Penentu cultural/ budaya, termasuk agama.
Kondisi Fisik/ Jasmaniah
• Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian diri (sistem saraf, kelenjar otot)
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian.
• Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
• Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, perasaan rendah diri, ketergantungan, perasaan ingin dikasihani dan sebagainya.
Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri
• Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda – beda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola – pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual.
• Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi – kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
Penentu Psikologis Terhadap Penyesuaian Diri
Pengalaman
• Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan penyesuaian diri yang baik dan sebaliknya.
Belajar
• Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola – pola respon yang akan membentuk kepribadian. Sebagaian besar respon dan ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar daripada yang diperoleh secara diwariskan. Proses belajar ini akan berlangsung sepanjang hayat.
• Penentu Psikologis Terhadap Penyesuaian Diri 2
Determinasi diri
• Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor – faktor terebut diatas, orang itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi. Faktor – faktor itulah yang disebut determinasi diri.
• Determinasi diri mempunyai peranan penting dalam proses penyesuaian diri karena mempuyai peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Ada beberapa orang dewasa yang mengalami pengalaman penolakan ketika masa kanak – kanak, tetapi mereka dapat menghindarka diri dari pengaruh negatif karena dapat menentukan sikap atau arah dirinya sendiri.
Konflik dan Penyesuaian
• Tanpa memperhatikan tipe – tipe konflik, mekanisme konflik secara essensial sama yaitu pertentangan antara motif – motif.
• Konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan.


Waktu Luang
Dalam bahasa Inggris waktu luang dikenal dengan sebutan leisure.Kataleisure sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu licere yang berartidiizinkan (To be Permited) atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain darileisure adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktuluang (Free Time), George Torkildsen.
Menurut Soetarlinah Sukadji yang melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi, yaitu:
a.       Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup.
b.      Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati.
c.       Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.[1]
Jadi dapat disimpulkan bahwawaktu luang adalah waktu yang mempunyai posisi bebas penggunaannya danwaktu tersebut berada diluar kegiatan rutin sehari-hari sehingga dapatdimanfaatkan secara positif guna meningkatkan produktifitas hidup yangefektif dan pengisian waktu luang dapat diisi dengan berbagai macam kegiatanyang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untukberistirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan ataumengembangkan keterampilannya secara objektif.[2]
B.     Manfaat Mengisi Waktu Luang
Orang yang menggunakan waktu secara efisien akan memperoleh banyak keuntungan, misalnya mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, sehingga ada waktu untuk memulihkan kebugaran fisik dan mental, rekreasi, dan interaksi sosial. Manfaat mengisi waktu luang yaitu menurut Soetarlinah Sukadji yaitu:
a. Bisa meningkatkan kesejahteraan jasmani.
b. Meningkatkan kesegaran mental dan emosional.
c. Membuat kita mengenali kemampuan diri sendiri.
d. Mendukung konsep diri serta harga diri.
e. Sarana belajar dan pengembangan kemampuan.
f. Pelampiasan ekspresi dan keseimbangan jasmani, mental, intelektual,
spiritual, maupun estetika.
g. Melakukan penghayatan terhadap apa yang anda sukai tanpa tidak mempedulikan segi materi.[3]
C.    Kegiatan Waktu Luang
Berdasarkan definisi teori waktu luang yaitu waktu luang sebagai aktivitas yaitu waktu yang berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan serta menggunakan keterampilan secara objektif untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat setelah melepaskan diri dari segala pekerjaan rutinnya, keluarga dan lingkungan sosial dan waktu luang sebagai relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri.[4]
Jenis bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengisi waktu langnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Karena biasanya dalam keadaan ‘nganggur’ anak akn berpikir hal-hal negatif. Karena itu, sebaiknya waktu senggang tersebut di isi dengan kegiatan yang bermanfaat, misalnya berternak, berkemah, dan sebagainya.[5]
Beberapa kegiatan mengisi waktu luang diantaranya:
a. Relaxation Activity (Kegiatan Relaksasi)
Menurut Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) kegiatan relaksasi diantaranya kegiatan relaksasi aktif misalnya: membetulkan alat rumah tangga atau berbenah rumah, memperbaiki sepeda motor.
b. Entertainment Activity (Kegiatan Hiburan)
Fine, Mortimer, & Robert, menyebutkan bahwa kegiatan hiburan atau rekreasi dapat mempromosikan penguasaan keterampilan, seperti olahraga partisipasi, hobi, dan kesenian atau mungkin lebih murni rekreasi seperti bermain video game, melamun atau nongkrong dengan teman-teman.
c. Personal Development Activity (Kegiatan Pengembangan Diri)
Pengembangan diri termasuk kegiatan yang meningkatkan kesadaran dan identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangun modal manusia, dan memfasilitasi kerja, meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi pada realisasi mimpi dan aspirasi serta rohani pengembangan.[6]
Bimbingan ini diberikan kepada individu-individu dalam hal bagaimana dalam menggunakan waktu senggangnya, sehingga dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat/produktif, misalnya:
1.      Membantu siswa bagaimana merencanakan penggunaan waktu senggangnya
2.      Membantu siswa bagaimana dalam menggunakan waktu libur secara efisien dan efektif.
3.      Membantu siswa dalam mengisi waktu-waktu kosong pada hari/jam sekolah.[7]
D.    Permasalahan Pemanfaatan Waktu Luang
Permasalahan yang biasa ditemukan dalam pemanfaatan waktu luang ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Remaja cenderung tidak menyukai pemanfaatan wakru luang dengansesuatu yang menurutnya menuntut pemikiran dan beban target. Strategi yang bisa diambil oleh orang tua atau guru adalah dengan memberikan kegiatan yang diminati oleh anak tersebut.
b. Waktu luang dianggap remaja sebagai waktu untuk melakukan apapun yang disenanginya semata.
c. Bagi orang tua waktu luang adalah waktu yang harus dimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaat dan produktif dari sudut pandang orang tua, bukan dari sudut pandang anak.
d. Orang tua menganggap bahwa waktu luang adalah waktu sia-sia, anak diwaktu luang dianggap tidak memanfaatkan waktu secara maksimal. Ketika anak selonjoran ditempat tidur dengan membaca buku komik atau novel, sedang main game, jalan-jalan atau sekedar menonton televisi, maka cenderung kita menganggap mereka telah membuang waktu.[8]
E.     Pengelolaan Waktu Luang
Pengelolaan waktu luang memperhatikan beberapa hal sebagai beriktu khusunya untuk pelajar:
a.       Membagi Waktu
utama pelajar adalah belajar baik disekolah, rumah, ataupu tempat kursus. Seorang pelajar harus melakukan pengaturan atas waktu dan kegiatan belajar. Bagi seorang pelajar mengatur waktu tidak berarti ia harus menghabiskan waktunya untuk belajar. Seorang pelajar tetap membutuhkan waktu untuk bersosialisasi, bersantai, dan sebagainya. Prinsip utama pengelolaan waktu secara efektif dalah pembagian waktu untuk setiap kegiatan. Pada umumnya, setiap sekolah sudah menetapkan jadwal belajarnya; kapan saatnya masuk sekolah, kapan saatnya pulang, apa jadwal pelajaran hari per hari, jadwal kegiatan ekstrakurikuler, dan seterusnya.
b.      Membuat Jadwal
Untuk mempermudah pengaturan kegiatan, seorang pelajar dapat menerapkan pula sistem jadwal kegiatan di sekolah untuk mengatur jadwal kegiatan di rumah. Dengan kata lain, jadwal kegiatan yang didapat dari sekolah kemudian ditambahkan dengan jadwal kegiatan pribadi di rumah (di luar sekolah).
c.        Menjalankan Jadwal
Seorang siswa setelah membuat jadwal harus menepati jadwal tersebut. Pembuatan jadwal yang baik yaitu jadwal yang jujur, sesuai dengan kemampuan, bukan jadwal yang bagus.
d.      Evaluasi
Jadwal yang dibuat terlalu longgar dalam artian sering dapat ditepati dalam waktu yang lebih singkat daripada target, ada baiknya jadwal dipadatkan. Dengan begitu akan didapat jadwal kosong yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Ada kalanya jadwal yang telah dibuat berantakan begitu saja. Pada akhirnya, sang pembuat jadwal stress karena kegagalannya menepati jadwal dan tumpukan pekerjaan yang terus menggunung. Jika hal ini yang terjadi, coba dilihat dahulu, apa yang menyebabkan kegagalan tersebut.
e.       Penggunaan Alat Bantu

Pengaturan waktu dapat dipermudah pelaksanaanya dengan digunakannya alat bantu. Alat yang paling sederhana adalah agenda. Agenda berfungsi sebagai tempat mencatat jadwal dan daftar kegiatan. Dengan adanya agenda, seseorang dapat memeriksa dulu jadwalnya sebelum membuat janji baru. Hal ini berguna untuk menghindari bentroknya jadwal.[9]

Minggu, 10 Mei 2015

Pekerjaan dan Waktu Luang

Ada beberapa peran psikologi dalam dunia kerja. beberapanya adalah: Psikolog yang bekerja pada perusahaan dikenal sebagai psikolog industri-organisasi. Mereka berusaha meningkatkan kepentingan manusia dalam pekerjaan dengan sejumlah cara. Sebagai contoh, mereka mencari cara untuk membantu  perusahaan dan organisasi pemerintahan memproduksi lebih dan lebih baik serta melayani, untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan mengubah metode manajemen dan pelatihan dan menemukan “orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat” dengan metode improvisasi dari pekerja yang terpilih
Apa yang dicari dalam bekerja ?
Pertanyaan ini muncul di awal2x aku mulai bekerja, sekitar 5 tahun lalu. Dan terkadang pertanyaan ini kembali muncul dan mengusikku. Ketika ada teman kerjaku pindah kerja atau mulai merasa tidak betah dan ingin keluar dari pekerjaannya.
Menurut pendapatku ada beberapa hal yang dicari dan ingin didapatkan oleh orang dengan bekerja.
1. Mencari uang.
Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang untuk bekerja.  Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarga.
Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
2.Mencari pengembangan diri
Adalah tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan  mencari pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana.
Pekerjaan dengan jenjang karir bagus dimana berarti ada peluang pengembangan diri selalu menjadi incaran. Pertimbangan yang lain adalah korelasi pekerjaan dengan bidang keilmuan dan minat mereka.
Keseusaian ini akan mempermudah dalam pekerjaannya, dan sebagai salah satu bentuk pengembangan diri mereka.
3. Mencari teman/sarana bersosialisasi
Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi.
Dalam hal ini faktor yang menjadi pertimbangan adalah lingkungan kerja dan juga rekan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan rekan kerja yang kooperatif menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih suatu perkerjaan.
4. Mencari kebanggaan/kehormatan diri
Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain.
Pada beberapa orang, kehormatan diri juga bergantung  dari  jenis pekerjaan, tempat kerja  dan nama perusahaan. Ada orang yang merasa lebih terhormat dengan bekerja sebagai pegawai kantoran. Dan ada juga orang yang bangga dengan bekerja di perusahaan top.
5. Sebagai sarana beribadah
Hal ini saya yakini ada dan dimiliki orang, walau mungkin jarang terpikirkan sebagai  hal yang dicari dalam bekerja. Sebagai orang yang beriman memang seharusnya setiap tindakan kita di dunia harus dimaknai sebagai ibadah.

Fase-Fase dalam memilih pekerjaan
Secara umum, perkembangan karir seseorang terbagi ke dalam beberapa bagian. Dalam bukunya, The Psychology of Career (1957), Donald Super membagi tahap perkembangan karir dalam tiga fase, yaitu fase pengembangan (growth), fase eksplorasi (exploration), dan fase pemantapan (establishment).

Fase pengembangan yang meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun. Dalam fase ini, jangan heran bila seorang anak kerap bercita-cita menjadi dokter atau guru. Hal tersebut mereka serap dari adanya role model di sekitar mereka. Baik itu orangtua maupun buku pelajaran konvensional.

Fase eksplorasi yaitu antara umur 16-24 tahun. Pada saat ini, remaja mulai memikirkan beberapa alternatif pekerjaan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Dalam hal ini termasuk masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karir yang akan mereka tekuni.
 
Untuk mendukung optimalisasi potensi dan memperkuat kemampuan akademik, khususnya saat di bangku kuliah, seseorang bisa memperkaya diri dengan bergabung dalam sejumlah organisasi. Aktif di organisasi dapat menjadi sarana penjelajahan untuk mengelola emosi dan kemampuan softskill lainnya. Mengikuti training serta seminar yang mengundang tokoh kenamaan juga dapat memberikan motivasi dan inspirasi untuk berkarya.
 
Terakhir, fase pemantapan yakni fase pada rentang usia 25 – 44 tahun. Pada fase ini, seseorang sudah memilih karir tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negatif dari pekerjaannya. Dengan pengalaman yang diperoleh, ia bisa menentukan apakah ia akan terus dengan karir yang telah dijalani atau berubah haluan.

Hubungan antara Karakteristik Pribadi dan Pekerjaan dalam Memilih Pekerjaan yang Cocok
Kepribadian Artistik
Karakter: kreatif, imajinasi yang tak pernah berhenti, suka mengekspresikan diri, suka bekerja tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang berkaitan dengan design/warna/kata-kata. Orang artistik merupakan pemecah masalah yang sangat hebat karena mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional.
Pekerjaan yang cocok: editor, grafik desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli kecantikan, model, pemain film, sutradara, interior desain.
Kepribadian Konvensional
Karakter: menyukai aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan rincian data, tertib, cenderung pendiam dan lebih hati-hati.
Pekerjaan yang cocok: akuntan, petugas asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis, penerjemah.
 Kepribadian Aktif
Karakter: gigih, berani, suka berkompetisi, penuh semangat, pekerja keras, ekstrovet, enerjik, dan progresif.
Pekerjaan yang cocok: wiraswasta, direktur program, manajer.
Kepribadian Investigasi
Karakter: analitis, intelektual, ilmiah, menyukai misteri, sangat memperhatikan detail, lebih suka bekerja secara individu, menggunakan logika.
Pekerjaan yang cocok: analisis sistem komputer, programmer, dosen, profesor, statistik, dokter.
Kepribadian Realistis
Karakter: realistis, praktis, simpel, bekerja di luar ruangan, berorientasi pada masalah dan solusinya, suka bekerja dengan objek yang kongkrit, pekerjaan yang menggunakan alat bantu atau mesin.
Pekerjaan yang cocok: tukang listrik, dokter gigi, insinyur.
Kepribadian Sosial
Karakter: suka membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, sabar, murah hati, memiliki empati, memusatkan diri dengan interaksi manusia, suka berbicara.
Pekerjaan yang cocok: psikolog, guru, mediator, perawat, entertainer, selebriti.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
 Lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu:
1.       Pekerjaan itu sendiri (Work It self), Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2.       Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3.      Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4.      Promosi(Promotion), Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5.      Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

Menggunakan waktu secara positif
Waktu adalah satu-satunya modal yang dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu. – Thomas A. Edison
Meluangkan waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar. Dan bagaimana kita bisa punya waktu luang di sela-sela kesibukan dengan mengaturnya sebaik mungkin? Berikut ini tips dan triknya:
1.      Jangan pernah terjebak dgn waktu. Bukan waktu yg mengatur kita, tapi kitalah yang mengatur waktu:)
2.      Coba sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis di smartphone yang kita miliki
3.      Tentukan prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana yang kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
4.      Buat yang super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.
5.      Pastikan dalam agenda, 50 persen waktu yang dilakukan adalah untuk kegiatan positif atau produktif.
6.      Jangan melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu dilakukan. Yang ada keduanya berantakan!
7.      Jika tidak berhubungan dgn pekerjaan, jauhkan diri dari sosial media, hingga pekerjaan tuntas diselesaikan
Kuncinya terletak bukan pada bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda. Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. - Stephen R. Covey

Daftar pustaka


Minggu, 03 Mei 2015

CInta dan Perkawinan

Menurut Sternberg (dalam Sternberg & Bernes, 1988), cinta bukanlah suatu kesatuan yang tunggal melainkan gabungan dari berbagai perasaan, hasrat, dan pikiran yang terjadi secara bersamaan sehingga menghasilkan perasaan global yang dinamakan cinta. 
Perkawinan atau dalam arti pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, budaya agama, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula. 
Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang mencatatkan pernikahan ditanda-tangani. Upacara pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan. 

A.  Bagaiamana memilih pasangan

Jika kita ditanya orang lain, ingin kriteria seperti apa untuk pasangan hidup kita kelak? pasti beragam jawabnya.. ada yang ingin suami cakep atau istri yang cantik, ada yang ingin punya suami kaya raya atau setidaknya mertua yang kaya raya, atau pasangan hidup yang sholeh dan sholikhah... banyak sekali pilihannya...
Memang terkadang orang tua terkesan 'cerewet' dalam menilai calon pasangan kita.. yang harus inilah.. yang harus itulah.. tp jangan berburuk sangka dulu. berpikir positiflah dahulu bahwa itu adalah bentuk kekhawatiran orang tua kita terhadap kehidupan kita kelak. Mulailah pelajari apa aja keinginan orang tua sebenarnya dan komunikasi yang baik adalah caranya. Diskusi sambil minum teh atau pada saat relaks nonton TV bareng. Saya rasa orang tua sendiri juga sudah bisa menyadari bahwa tidak semua kriteria yang ditetapkannya itu bisa kita penuhi, jadi anda jangan langsung menjawab dengan nada protes jika ada kriteria dari orang tua yang tidak anda sukai. Santai aja teman.
Ibaratnya anda tidak akan bisa langsung menghentikan laju jalan orang yang berbadan jauh lebih tinggi dan besar dengan cara menghadangnya langsung tanpa melukai diri sendiri. Iringi dia jalan, ajak bicara dan rangkul dia sambil perlahan-lahan belokan atau hentikan jalannya.

Cocok Jadi Ayah / Ibu Dari Anak-anak Kita Kelak
Ini adalah kriteria kedua yang saya tetapkan. Nggak mau donk anak-anak kita terlantar gara-gara suami / istri kita nggak perhatian dengan anak kita. Orang tua harus perhatian kepada anak entah itu masalah pendidikannya (baik pendidikan agama ataupun formal), kesehatannya, keperluannya, dan lain2. karena itu adalah salah satu cara membentuk pribadi anak kita.

Cocok Jadi Suami / Istri Kita
Ini adalah kriteria yang terakhir. Saya menempatkannya di posisi terakhir bukan berarti saya harus mengalah dan menomor kesekiankan keinginan pribadi saya. Saya juga mau punya istri yang cantik, seksi, pinter masak, atau apalah kriteria-kriteria menarik lainnya. saya menempatkan di posisi terakhir itu karena kriteria ini lebih mudah dicari daripada 2 kriteria diatas. Banyak kok di dunia ini cowok yang ganteng dan gagah atau cewek yang cantik dan seksi... tinggal pilih aja ( masalahnya cuma satu, mereka mau nggak dengan kita hahaha )

Itulah penjelasan ketiga kriteria yang saya terapkan dalam memilih pasangan hidup saya. Jujur sejujurnya, dalam masa pencarian saya, terutama untuk kriteria pertama dan kedua, saya bahkan harus 'memendam agak dalam' perasaan 'CINTA' di hati saya karena harus bolak-balik putus-ganti-putus-ganti dengan beberapa orang gadis. Bukan berarti mereka banyak 'kekurangan' sehingga tidak saya pilih, ada beberapa kasus yang justru 'kekurangan' tersebut berasal dari saya ( tapi mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini ^_^a ). Waktu itu saya cuma yakin bahwa cinta itu bisa datang belakangan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, dan ternyata memang seperti itu.

Berbicara tentang memulai hubungan dengan tanpa rasa cinta, saya ingin menyarankan kepada teman-teman yang dijodohkan oleh orang tuanya untuk tidak langsung bilang 'TIDAK' terlebih dahulu. Alangkah baiknya anda kenal dulu 'jodoh' yang diberikan oleh orang tua anda. Memang sih ini bukan jamannya Siti Nurbaya, tapi apakah anda yakin bahwa 'jodoh' pilihan anda sendiri itu lebih baik dari 'jodoh' yang dikenalkan oleh orang tua anda?? Mungkin anda bisa belajar dari orang-orang sekitar anda. Teman saya sendiri dijodohkan dan usia perkawinannya sekarang 7 tahun, juga tidak ada masalah yang berarti.

Saya tidak menyarankan bahwa memulai hubungan harus tanpa rasa cinta karena bagaimanapun rasa cinta itu adalah sebuah anugerah yang indah yang diberikan oleh Allah SWT. Memulai hubungan dengan rasa cinta itu sangatlah baik, tapi jika tidak memungkinkan seperti itu bukan berarti dunia mau runtuh kan....


B. Seluk-beluk hubungan dalam perkawinan
Pada umumnya salah satu tanda kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan untuk bercerai begitu mudah.
Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga antara lain:
·         Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
·         Perbedaan watak.
·         Temperamen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara  suami dan istri.
·         Ketidakpuasan dalam hubungan seks.
·         Kejenuhan rutinitas.
·         Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
·         Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
·         Masalah harta warisan.
·         Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
·         Domonasi dan intervensi orang tua atau mertua.
·         Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Dari salah satu masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang menyebabkan pasangan menjadi tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya perceraian, merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Karena kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan enggan untuk membuka komunikasi dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa mereka sadari dengan keadaan seperti itu malah akan membuat mereka sulit dalam menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern dan baik akan melahirkan saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Namun kenyataannya masalah yang didiamkan bukan membaik, malah memburuk seiring berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin menumpuk dan penyelesaian makin jauh di mata, kareana masalah menjadi seperti benang kusut dan tidak tahu lagi harus memulainya dari mana. Tabungan cinta cenderung menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah dengan berkurangnya cinta dan kasih sayang, berkurang pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya ketidakpedulian menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri dalam kehidupan yang tidak sehat ini. Dengan kata lain antara suami dan istri sudah menemukan cara yang efektif untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan sehingga dapat menimbulkan perceraian.

C. Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan
            Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.

Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

D. Perceraian dan pernikahan kembali
            Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.

Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.

Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.

E. Single Life
            Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.

Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.

           
DAFTAR PUSTAKA:
Adhim, Mohammad Fauzil (2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press (GIP)