Minggu, 17 Mei 2015

Pekerjaan dan Waktu Luang (2)

 Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan
• Definisi
Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya
Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya à permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis.
Ali dan Asrori (2005) penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.
Scheneiders menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. 
• Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal.
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat.
• Karakteristik Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri secara positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
- Tidak menunjukan adanya ketagangan emosional
- Tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
- Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
- Mampu dalam belajar
- Menghargai pengalaman
- Bersikap realistik dan objektif.
- Penyesuaian Diri Secara Positif
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain :
• Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
• Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi
• Penyesuian dengan trial and error atau coba-coba
• Penyesuian dengan substitusi
• Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan pribadi
• Penyesuaian dengan belajar
• Penyesuaian dengan inhibisi dan kontrol diri
• Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
Penyesuaian Diri yang Salah
Bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu :
a. Reaksi Bertahan
• Rasionalisme, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.
• Repressi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tak sadar.
• Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain.
b. Reaksi Menyerang
• Selalu membenarkan diri sendiri
• Mau berkuasa dalam setiap situasi
• Mau memiliki
c. Reaksi Melarikan diri : minuman keras, obat-obatan, bunuh diri, tidur, berfantasi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
• Kondisi-kondisi fisik (keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf kelenjar, sistem otot, kesehatan, penyakit dan sebagainya).
• Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional.
• Penentu psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajar, pengkondisian, penentuan diri (self – determination), frustasi dan konflik.
• Kondisi lingkungan khususnya kelurga dan sekolah.
• Penentu cultural/ budaya, termasuk agama.
Kondisi Fisik/ Jasmaniah
• Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian diri (sistem saraf, kelenjar otot)
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian.
• Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
• Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, perasaan rendah diri, ketergantungan, perasaan ingin dikasihani dan sebagainya.
Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri
• Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda – beda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola – pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual.
• Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi – kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
Penentu Psikologis Terhadap Penyesuaian Diri
Pengalaman
• Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan penyesuaian diri yang baik dan sebaliknya.
Belajar
• Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola – pola respon yang akan membentuk kepribadian. Sebagaian besar respon dan ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar daripada yang diperoleh secara diwariskan. Proses belajar ini akan berlangsung sepanjang hayat.
• Penentu Psikologis Terhadap Penyesuaian Diri 2
Determinasi diri
• Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor – faktor terebut diatas, orang itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi. Faktor – faktor itulah yang disebut determinasi diri.
• Determinasi diri mempunyai peranan penting dalam proses penyesuaian diri karena mempuyai peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Ada beberapa orang dewasa yang mengalami pengalaman penolakan ketika masa kanak – kanak, tetapi mereka dapat menghindarka diri dari pengaruh negatif karena dapat menentukan sikap atau arah dirinya sendiri.
Konflik dan Penyesuaian
• Tanpa memperhatikan tipe – tipe konflik, mekanisme konflik secara essensial sama yaitu pertentangan antara motif – motif.
• Konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan.


Waktu Luang
Dalam bahasa Inggris waktu luang dikenal dengan sebutan leisure.Kataleisure sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu licere yang berartidiizinkan (To be Permited) atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain darileisure adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktuluang (Free Time), George Torkildsen.
Menurut Soetarlinah Sukadji yang melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi, yaitu:
a.       Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup.
b.      Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati.
c.       Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.[1]
Jadi dapat disimpulkan bahwawaktu luang adalah waktu yang mempunyai posisi bebas penggunaannya danwaktu tersebut berada diluar kegiatan rutin sehari-hari sehingga dapatdimanfaatkan secara positif guna meningkatkan produktifitas hidup yangefektif dan pengisian waktu luang dapat diisi dengan berbagai macam kegiatanyang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untukberistirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan ataumengembangkan keterampilannya secara objektif.[2]
B.     Manfaat Mengisi Waktu Luang
Orang yang menggunakan waktu secara efisien akan memperoleh banyak keuntungan, misalnya mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, sehingga ada waktu untuk memulihkan kebugaran fisik dan mental, rekreasi, dan interaksi sosial. Manfaat mengisi waktu luang yaitu menurut Soetarlinah Sukadji yaitu:
a. Bisa meningkatkan kesejahteraan jasmani.
b. Meningkatkan kesegaran mental dan emosional.
c. Membuat kita mengenali kemampuan diri sendiri.
d. Mendukung konsep diri serta harga diri.
e. Sarana belajar dan pengembangan kemampuan.
f. Pelampiasan ekspresi dan keseimbangan jasmani, mental, intelektual,
spiritual, maupun estetika.
g. Melakukan penghayatan terhadap apa yang anda sukai tanpa tidak mempedulikan segi materi.[3]
C.    Kegiatan Waktu Luang
Berdasarkan definisi teori waktu luang yaitu waktu luang sebagai aktivitas yaitu waktu yang berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan serta menggunakan keterampilan secara objektif untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat setelah melepaskan diri dari segala pekerjaan rutinnya, keluarga dan lingkungan sosial dan waktu luang sebagai relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri.[4]
Jenis bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengisi waktu langnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Karena biasanya dalam keadaan ‘nganggur’ anak akn berpikir hal-hal negatif. Karena itu, sebaiknya waktu senggang tersebut di isi dengan kegiatan yang bermanfaat, misalnya berternak, berkemah, dan sebagainya.[5]
Beberapa kegiatan mengisi waktu luang diantaranya:
a. Relaxation Activity (Kegiatan Relaksasi)
Menurut Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) kegiatan relaksasi diantaranya kegiatan relaksasi aktif misalnya: membetulkan alat rumah tangga atau berbenah rumah, memperbaiki sepeda motor.
b. Entertainment Activity (Kegiatan Hiburan)
Fine, Mortimer, & Robert, menyebutkan bahwa kegiatan hiburan atau rekreasi dapat mempromosikan penguasaan keterampilan, seperti olahraga partisipasi, hobi, dan kesenian atau mungkin lebih murni rekreasi seperti bermain video game, melamun atau nongkrong dengan teman-teman.
c. Personal Development Activity (Kegiatan Pengembangan Diri)
Pengembangan diri termasuk kegiatan yang meningkatkan kesadaran dan identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangun modal manusia, dan memfasilitasi kerja, meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi pada realisasi mimpi dan aspirasi serta rohani pengembangan.[6]
Bimbingan ini diberikan kepada individu-individu dalam hal bagaimana dalam menggunakan waktu senggangnya, sehingga dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat/produktif, misalnya:
1.      Membantu siswa bagaimana merencanakan penggunaan waktu senggangnya
2.      Membantu siswa bagaimana dalam menggunakan waktu libur secara efisien dan efektif.
3.      Membantu siswa dalam mengisi waktu-waktu kosong pada hari/jam sekolah.[7]
D.    Permasalahan Pemanfaatan Waktu Luang
Permasalahan yang biasa ditemukan dalam pemanfaatan waktu luang ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Remaja cenderung tidak menyukai pemanfaatan wakru luang dengansesuatu yang menurutnya menuntut pemikiran dan beban target. Strategi yang bisa diambil oleh orang tua atau guru adalah dengan memberikan kegiatan yang diminati oleh anak tersebut.
b. Waktu luang dianggap remaja sebagai waktu untuk melakukan apapun yang disenanginya semata.
c. Bagi orang tua waktu luang adalah waktu yang harus dimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaat dan produktif dari sudut pandang orang tua, bukan dari sudut pandang anak.
d. Orang tua menganggap bahwa waktu luang adalah waktu sia-sia, anak diwaktu luang dianggap tidak memanfaatkan waktu secara maksimal. Ketika anak selonjoran ditempat tidur dengan membaca buku komik atau novel, sedang main game, jalan-jalan atau sekedar menonton televisi, maka cenderung kita menganggap mereka telah membuang waktu.[8]
E.     Pengelolaan Waktu Luang
Pengelolaan waktu luang memperhatikan beberapa hal sebagai beriktu khusunya untuk pelajar:
a.       Membagi Waktu
utama pelajar adalah belajar baik disekolah, rumah, ataupu tempat kursus. Seorang pelajar harus melakukan pengaturan atas waktu dan kegiatan belajar. Bagi seorang pelajar mengatur waktu tidak berarti ia harus menghabiskan waktunya untuk belajar. Seorang pelajar tetap membutuhkan waktu untuk bersosialisasi, bersantai, dan sebagainya. Prinsip utama pengelolaan waktu secara efektif dalah pembagian waktu untuk setiap kegiatan. Pada umumnya, setiap sekolah sudah menetapkan jadwal belajarnya; kapan saatnya masuk sekolah, kapan saatnya pulang, apa jadwal pelajaran hari per hari, jadwal kegiatan ekstrakurikuler, dan seterusnya.
b.      Membuat Jadwal
Untuk mempermudah pengaturan kegiatan, seorang pelajar dapat menerapkan pula sistem jadwal kegiatan di sekolah untuk mengatur jadwal kegiatan di rumah. Dengan kata lain, jadwal kegiatan yang didapat dari sekolah kemudian ditambahkan dengan jadwal kegiatan pribadi di rumah (di luar sekolah).
c.        Menjalankan Jadwal
Seorang siswa setelah membuat jadwal harus menepati jadwal tersebut. Pembuatan jadwal yang baik yaitu jadwal yang jujur, sesuai dengan kemampuan, bukan jadwal yang bagus.
d.      Evaluasi
Jadwal yang dibuat terlalu longgar dalam artian sering dapat ditepati dalam waktu yang lebih singkat daripada target, ada baiknya jadwal dipadatkan. Dengan begitu akan didapat jadwal kosong yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Ada kalanya jadwal yang telah dibuat berantakan begitu saja. Pada akhirnya, sang pembuat jadwal stress karena kegagalannya menepati jadwal dan tumpukan pekerjaan yang terus menggunung. Jika hal ini yang terjadi, coba dilihat dahulu, apa yang menyebabkan kegagalan tersebut.
e.       Penggunaan Alat Bantu

Pengaturan waktu dapat dipermudah pelaksanaanya dengan digunakannya alat bantu. Alat yang paling sederhana adalah agenda. Agenda berfungsi sebagai tempat mencatat jadwal dan daftar kegiatan. Dengan adanya agenda, seseorang dapat memeriksa dulu jadwalnya sebelum membuat janji baru. Hal ini berguna untuk menghindari bentroknya jadwal.[9]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar